Oleh: Mars Hayrusd
Entah berapa lama waktu yang telah dia habiskan untuk menyesali kesendirianya. Dia merasa tak berarti , hidupnya tak jauh beda dengan seonggok daging dan tulang tak bernyawa, terlalu dalam dia terjerumus di liang kesendirian. Elang, ya dia lelaki yang dari waktu ke waktu terjerembab di lobang keterasingan. Elang yang tak lagi perkasa, dia hanya pecundang yang dikalahkan oleh emosi serta mimpi – mimpinya. “ Mas kau lelaki satu – satunya yang ku pilih di kehidupanku, kau lelaki harapanku, merdu suaramu menghapus kesunyianku,” suara yang tak asing bagi Elang dari balik gagang telpon. “Hatiku terjerat, terjerumus, terbius keindahan katamu,” masih dari orang yang sama yang sangat akrab di telinga Elang. “Sudahlah Embun, jangan tertipu dengan suaraku, apa yang kau bayangkan tentang aku tak seindah kenyataan,” balas Elang.
Embun Kejora, satu nama yang telah mengisi hari-harinya. Dia sumber inspirasi, pemberi motivasi dan penyemangat hidup. Dia gadis impiannya, dia cerdas, multi talenta cantik luar dalam, blasteran cina dan jawa. Elang benar - benar jatuh oleh pesonanya, dia sandarkan segala harapan dan cita citanya pada gadis itu.
Sebuah stasiun radio tempat ia bekerja yang mempertemukan keduanya walau hanya sebatas sms dan telphon, tak lebih dari itu. Elang yang selalu bercanda, berceloteh tentang apa saja, bicara tentang cinta misalnya, semua demi menyenangkan pendengarnya walaupun hatinya berlumur duka. Bila dia mengudara banyak wanita yang terhanyut dengan suaranya, dia dikelilingi banyak wanita, tapi semua tak ada yang berarti. Hatinya hanya terpaut pada Embun Kejora, wanita yang ia kenal beberapa bulan yang lalu dari balik gagang telpon, dengan kelembutan kata dan juga keindahan bahasa yang dia terima lewat sms smsnya. Embun yanga selalu setia mendengar di setiap acara yang dia bawa . Gadis itu pandai mempermainkan emosi Elang, hingga dia terhanyut ke puncak hayal setinggi mahameru.
****
Gemuruh di hati Elang masih tetap bergolak tiada henti, liar bagai kuda lepas kendali. Perasaannnya bercampur aduk antara dendam cinta dan benci, menggelinding bagai bola api, menyodok ulu hatinya hingga menambah kepedihan batin yang membuncah. Mengapa semua jadi kacau, setelah kepergiannya, sesal Elang dalam batin. Apa arti hidup kalau tak punya harapan, apa arti cinta kalau dinistakan. Hatinya meratap, ia masih mengharap kehadiran Embun di sampingnya. Walau hatinya telah lelah, sering disakiti oleh gadis yang dulu sangat dicintai, Embun Kejora, ya Embun Kejora gadis blasteran jawa dan cina, yang saat ini entah di mana.
Embun! cerita indah yang telah kita rajut, sekarang telah hilang dari hidupku , tak ada lagi getar hati . Tentang cinta untukmu semua telah sirna dari ingatanku, tak ada lagi yang tersisa, tercerabut sudah dari ruang rindu. Sepenggal cintaku ternyata harus terkubur dalam - dalam, tak mungkin tergali dan bangkit lagi. Semua sudah pupus, musnah, karena mimpi-mimpi dan harapan serta janji yang kau beri untukku telah kau curi kembali. Secepat itukah kau lupakan semua. Sungguh kau tak pandai menyimpan rasa. Haruskah aku mengadu pada gelapnya malam, meratap, merintih dan menyesali nasib? Aku hanya bisa berharap mungkin malam lebih bisa menjawab kegelisahan ini. Dengan penuh ragu , kuberanikan menyapa. ”Hai malam ……. bagaimana kabarmu?” Kau diam, bisu, dingin tak banyak memberi asa, kau kelam sekelam hatiku, mimpimu telah hilang tanpa bintang, tersaput mega gelap sehitam jelaga. Tak ada jawab yang sanggup menghapus kegelisahanku. Ku coba sampaikan pada pagi , ternyata sama , pagi pun tak banyak memberi harapan dan pencerahan. Pagi, kau tak indah lagi, kau telah hilang melayang tersapu angin, berbalut kabut, pekat sepekat hatiku yang kian memendam rindu.
Harus dialamatkan ke mana selembar kertas surat yang pernah ditulis Elang, apa sekedar coretan tanpa makna, atau hanya sebagai ungkapan kemurungan dan kegelisahan yang menusuk nusuk hatinya, atau surat itu hanya ditujukan pada angin pembawa berita. Mungkinkah surat yang pernah ia tulis itu untuk Embun yang tak karuan rimbanya.
Selama ini tak ada komunikasi sekalipun, baik melalui telphon , surat atau hanya sms saja? Semua tak pernah ia lakukan. Jalinan hubungan tak pernah ada, tertutup sudah akses menuju orang yang selama ini ia harapkan.
***
“Sungguh, satu hal yang sangat lucu.” “Apa maksudmu Rud?”tanya Elang pada Rudi sahabatnya. “Ya, seorang penyiar yang banyak digandrungi cewek ternyata harus takluk, lumpuh dan merana karena cintanya pada istri orang.” Rudi menjawab dan menertawakannya. ”Aku makin tak mengerti apa yang kamu katakan.” balas Elang. “Hai bung apa kamu tak tahu cewek yang kamu gilai itu sudah punya suami bahkan sudah punya anak lagi.” jawab Rudi meyakinkan. “Kamu punya data dan bukti sehingga apa yang kamu ucapkan bisa kupercaya?” “Ya aku punya bukti, kalau apa yang aku katakan itu benar.” “Kamu kenal nomer ini?” Rudi menunjukkan handphonenya. Elang sangat kaget melihat nomer yang ada di hp sahabatnya, nomer yang pernah mengirim satu pesan berisi ancaman untuk dirinya. ”Aku serigala yang siap menerkam siapa saja yang ingin mengganggu rumah tanggaku, seandainya anda bukan sahabat Rudi pasti sudah kucabik cabik dan kulumat habis dengan taring dan kuku tajamku.” Siapa gerangan pengacau ini? pikir Elang saat itu. Orang yang akan merenggangkan hubungannya dengan Embun. Sms yang membuat Elang penasaran dan marah, sms yang sangat diingat kalimat- kalimatnya yang pernah ia terima beberapa bulan yang lalu.
“Elang aku pernah ketemu suaminya.” lanjut Rudi. “Ketemu di mana, kenal kamu dengannya?” tanya Elang setengah ragu. ”Di suatau tempat di sebuah acara pertemuan, aku kenal baik suaminya, dia tahu kamu sahabatku, dia mohon padaku agar menasehatimu untuk menghentikan hubungan gilamu dengan istrinya, dia tak ingin rumah tangganya hancur gara-gara kamu, dan perlu kamu tahu Elang, suaminya pernah menemukan sms-sms mu di hp istrinya dan semua smsmu telah dia baca.” Rudi menjelaskan. Elang kaget dan terperangah tak bisa bicara sepatahpun, lidahnya kelu, pikirannya hanya bisa mengingat sms beberapa bulan yang lalu dari seseorang yang mengaku suami Embun. Ternyata orang yang pernah sms dan mengaku suaminya itu memang benar. Elang masih ingat betul isi sms yang dia terima. Tapi mengapa Embun mengaku cewek yang masih berumur 23 tahun yang melarikan diri dari rumah karena akan dikawinkankan paksa orang tuanya. Seorang dokter kaya yang terpaut jauh usianya akan dijodohkan dengannya.
Dia pernah bilang “Hanya orang gila yang mengaku-ngaku jadi suamiku, percayalah aku masih gadis mas.” Apa benar dia hanya wanita penggoda, penipu yang selalu mengerjai mangsa mangsanya, atau dia wanita kesepian yang ingin cari hiburan untuk membunuh rasa sepi yang mendera dirinya. Elang tak bisa memberi kesimpulan. Ternyata dia harus mengubur dalam-dalam cinta yang telah membelenggu dirinya, dia harus bangkit, tegar menghadapi kenyataan, dia tak mau jadi pecundang. Biarlah Embun jadi misteri bagi dirinya.
===================================================================
Mars Hayrusd : Pecinta Sastra
Seorang penyiar Radio Swasta di Banyuwangi
Cerpen ini pernah dimuat di Radar Banyuwangi Edisi 2 Januari 2011
Facebook:omar_effendy@yahoo.co.id
No Hp : 085 859642741
Alamat : Jajag - Banyuwangi
===================================================================
No comments:
Post a Comment